PENERAPAN STANDAR PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
Pendahuluan
Pemupukan merupakan aktivitas pemberian hara agar tanaman tumbuh dan berproduksi maksimal. Porsi biaya pemupukan sangat tinggi pada kegiatan usaha tani. Pada kegiatan budidaya kelapa sawit, biaya pemupukan kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau 40-60% dari total biaya pemeliharaan. Biaya tersebut terkait dengan jumlah kebutuhan pupuk bagi tanaman. Kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang banyak. Satu ton tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP dan 4,9 kg kiserit.
Unsur hara yang menjadi perhatian pada pemupukan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu dan B. Jumlah dan jenis hara yang diberikan dipengaruhi oleh umur tanaman dan ketersediaan hara di tanah serta sifat fisik dan kimia tanah. Kandungan hara tanah menurun akibat terangkut oleh hasil panen dan pristiwa alam seperti aliran air hujan dan penguapan. Oleh karenanya jika tidak diimbangi dengan kegiatan pemupukan maka kesuburan tanah menurun. Tanah yang tidak subur menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara dengan gejala tertentu terutama di daun. Defisiensi hara yang berlangsung lama berdampak terhadap pertumbuhan tanaman kerdil dan produksi menurun.
Efisiensi pemupukan dapat menekan biaya produksi. Efisiensi pemupukan tidak berarti mengurangi dosis pupuk yang diberikan, namun sesuai dengan kebutuhan hara bagi tanaman. Produktivitas TBS pada perkebunan sawit rakyat masih rendah salah satunya disebabkan oleh efisiensi pemupukan yang rendah. Pemupukan yang efisien memperhatikan 4 T yaitu tepat dosis, jenis, cara dan waktu pemupukan dlakuan. Diantar keempat hal tersebut, penentuan dosis dan jenis pupuk menjadi masalah bagi petani sawit. Penentuan dosis dan jenis pupuk mempertimbangkan ketersedian hara di tanah, kondisi nutrisi di jaringan tanaman terutama daun, gejala visual tanaman dan produksi tanaman pada tahun sebelumnya. Pendekatan dosis dan jenis pupuk yang direkomendasikan di suatu wilayah dapat digunakan oleh petani. Tulisan ini bertujuan menginformasikan penerapan standar pemupukan kelapa sawit untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi TBS maksimal.
Mengenal SNI Pupuk
Standar Nasional Indonesia (SNI) pupuk bukan merupakan SNI wajib. Namun demikian bagi petani, pupuk yang memiliki SNI menjadi jaminan kualitas dan dasar memilih merek dagang pupuk yang digunakan. Pupuk yang ber-SNI dapat mengatasi keluhan petani terhadap kualitas pupuk yang beredar di pasar. SNI pupuk adalah sebagai berikut:
a. Pupuk urea: SNI 2801-2010
Syarat mutu pupuk urea berbentuk butiran memiliki kadar nitrogen minimal 46,0%, kadar air maksimal 0,5%, kadar biuret maksimal 1,2% dan ukuran 1,00 mm - 3,35 mm minimal 90,0%. Syarat mutu pupuk urea berbentuk butiran memiliki kadar nitrogen minimal 46,0%, kadar air 0,5%, kadar biuret 1,5% dan ukuran 2,0 mm - 4,75 mm minimal 90,0%.
b. Pupuk ZA (ammonium sulfat): SNI 02-1760-2005
Syarat mutu pupuk ZA memiliki kadar nitrogen minimal 20,8%, kadar belerang minimal 23,8%, asam bebas sebagai H2SO4 maksimal 0,1% dan kadar air maksimal 1,0%.
c. Pupuk SP-36 : SNI 3769-2005
Syarat mutu pupuk SP-36 memiliki kadar P2O5 total minimal 36%, P2O5 larut dalam asam sitrat 2% minimal 34%, P2O5 larut dalam air minimal 30%, kadar belerang (sebagai S) minimal 5%, kadar asam bebas sebagai H2PO4 maksimal 6% dan kadar air maksimal 5%.
d. Pupuk kalium klorida (KCl) : SNI 2805-2005 (konfirmasi 2020)
Syarat mutu pupuk kalium klorida memiliki kadar kalium sebagai K2O minimal 60% dan kadar air maksimal 1%.
e. Pupuk dolomit : SNI 02-2804-2005
Syarat mutu pupuk dolomit memiliki kadar magnesium sebagai MgO minimal 18%, kadar kalsium sebagai CaO minimal 29%, kadar Al2O3+Fe2O3 maksimal 3%, kadar air maksimal 3%, kadar silikat sebagai SiO2 maksimal 3%, kehalusan 25 mesh minimal 1,00%, 80 mesh minimal minimal 50%, daya netralisasi (dihitung setara CaCO3) minimal 1,00%.
f. Pupuk kiserit : SNI 02-2807-1992
Syarat mutu pupuk kiserit memiliki kadar magnesium seebagai MgO minimal 25,5%, kadar belerang sebagai S minimal 21%, dan kadar air bebas maksimal 0,5%.
g. Pupuk NPK padat : SNI 2803-2012 (konfirmasi 2020)
Syarat mutu pupuk NPK padat memiliki kadar N total minimal 6%, fosfor total sebagai P2O5 minimal 6%, Kalum sebagai K2O minimal 6%, jumlah total N, P2O5, K2O minimal 30%, kadar air (b/b) maksimal 3%, cemaran logam berat merkuri (Hg) maksimal 10 mg/kg, cadmium (Cd) maksimal 100 mg/kg, timbale (Pb) maksimal 500 mg/kg, arsen (As) maksimal 100 mg/kg.
Gejala defisiensi hara pada kelapa sawit
a. Defisiensi N
- Daun berwana hijau pucat hingga kuning dan nampak tidak mengkilap
- Lidi daun nampak berwarna kuning cerah
- Gejala lanjutan helain daun menjadi kuning pudar hingga jingga kekuningan dan lidi berubah warna menjadi jingga
Defisiensi N dapat terjadi pada semua jenis lahan namun akan sering muncul pada tanah berpasir, drainase buruk dan pemupuka tidak berimbang
b. Defisiensi P
- Tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan pertumbuhan batang meruncing di atas (seperti piramid).
- Daun gulma dan alang-alang di sekitar tanaman berwarna ungu.
c. Defisiensi K
- Daun mengalami bercak berbentuk bulat dan berwarna kuning-oranye
- Bercak kuning berkilat dan tembus cahaya
- Gejala terjadi pada pelepah tua atau terletak pada bagian tengah tajuk
Defisiensi dapat terjadi akibat pemupuka atau kadar Mg tanah tinggi atau abnormalitas genetik yang sering disebut dengan genetic orange spotting.
d. Defisiensi Mg
- Gejala terjadi pada daun tua
- Daun berwarna hijau-kunin pudar
- Ujung daan tengah dauh dekat tulang daun berwarna hijau pucat
- Gejala lanjutan daun menjadi kuning pucat, dan ujung daun mongering mulai dari daun tua
e. Defisiesi B
- Sudut antara keuda pinnae melebar
- Terdapat lipatan atau kedutan kcil pada helain daun dipermukaan bagian atas
- Ukuran daun mengecil
- Daun memendek tak menentu, tampak abnormal namun daun tetap berwarna hijau gelap
- Gejala berat, anak daun sangat pendek sehingga pelepah daun tampak seperti tulang ikan
- Daun zig zag atau malformasi pada daun termuda
- Pelepah daun yang baru muncul memendek dan disertai dengan malformasi anak daun seperti bentuk zig zag, daun bengkok atau berkerut
f. Defisiensi Cu
- Terjadi klorosis pada daun muda ditengah mahkota dan berkembang menjadi bintik-bintik berwarna hijau kekuningan. Daun selanjutnya mongering mulai dari uung anak-anak daun sedangkan daun tombak memendek
- Daun menjadi kering sempurna setelah tua
- Tanaman tumbuh kerdil/terhambat
- Defisiensi sering terjadi di lahan pasir, gambut dan pasang surut
g. Defisiensi Fe
- Terdapat bercak seperti pulau dengan dasar berwarna hijau
- Ujung daun menjadi nekrosis
- Tajuk lama kelamaan menguning
- Pada benih, terjadi nekrosis di ujung anak daun dan tajuk bagian atas menguning
- Defisiensi sering terjadi pada lahan berpasir atau gambut
Pemupukan kelapa sawit
Pemupukan kelapa sawit yang efisiensi mempertimbang beberapa aspek yaitu hasil analisis hara di daun dan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, iklim meliputi curah hujan, hari hujan dan penyebarannya, umur tanaman, produktivitas tanaman tahaun sebelumnya, realisasi pemupukan dua tahun sebelumnya dan hasil pengamatan tanaman secara visual di lapangan. Penentuan dosis dan jenis pemupukan kelapa sawit juga dapat mengacu pada rekomendasi pemumupukan berdasarkan Permentan nomor : 131/Permentan/OT.140/12/2013. Tulisan ini hanya menjelaskan pempukan kelapa sawit pada tanah mineral mengingat di Bangka Belitung penanaman kelapa sawit banyak ditanam di tanah mineral. Pada tanah mineral dosis dan jenis pemupukan berbeda pada berbagai tingkat umur tanaman. Pada lubang tanam diberikan sebesar 500 g/pohon pupuk rock phosphat (RP). Pemupukan tanaman berumur 3 bulan setelah tanaman yaitu 100 g urea, 100 g TSP, 100 g MOP dan 50 g kiserit. Tanaman berumur 6 bulan dipupuk dengan 200 g urea, 100 g TSP, 200 g MOP dan 100 g kiserit. Tanaman berumur 9 bulan dipupuk dengan 200 g urea, 200 g TSP, 350 g MOP dan 150 g kiserit. Tanaman berumur 12 bulan dipupuk dengan 300 g urea, 200 g TSP, 450 g MOP, 200 g kiserit dan 25 g HGF-B. Tanaman berumur 16 bulan dipupuk dengan 300 g urea, 200 g TSP, 500 g MOP dan 250 g kiserit. Tanaman berumur 20 bulan dipupuk dengan 300 g urea, 200 g TSP, 600 g MOP, 300 g kiserit dan 50 g HGF-B. Tanaman berumur 24 bulan dipupuk dengan 350 g urea, 200 g TSP, 600 g MOP dan 300 g kiserit. Tanaman berumur 28 bulan dipupuk dengan 400 g urea, 300 g TSP, 650 g MOP, 350 kiserit dan 50 g HGF-B. Tanaman berumur 32 bulan dipupuk dengan 550 g urea, 300 g TSP, 700 g MOP dan 400 g kiserit.
Pada tanaman menghasilkan rekomendasi pemupukan kelapa sawit di tanah mineral berdasarkan kelompok umur tanaman. Pemupukan tanaman per pohon pada kelompok umur 3 – 8 tahun dipupuk dengan 2 kg urea, 1,50 kg SP-36, 1,50 kg MOP dan 1,00 kg kiserit. Kelompok umur tanaman 9 - 13 tahun dipupuk dengan 2,5 kg urea, 2,25 kg SP-36, 2,25 kg MOP dan 1,5 kg kiserit. Kelompok umur tanaman 14 – 20 tahun dipupuk dengan 2,50kg urea, 2,00 kg SP-36, 2,00 kg MOP dan 1,50 kg kiserit. Kelompok tanaman berumur 21 -25 tahun dipupuk dengan 1,75 kg urea, 1,25 kg SP-36, 1,25 kg MOP dan 1,00 kg kiserit.
Frekuensi pemupukan dapat dilaksanakan 2–3 kali setahun bergantung kepada pola curah hujan dan karakter tanah. Jenis pupuk yang dapat diberikan 3 kali setahun yaitu urea dan MOP, karena kedua jenis pupuk tersebut mudah larut sehingga mudah tercuci. Waktu pemupukan dengan mempertimbangkan kondisi curah hujan. Misal pemupukan pertama dilakukan pada bulan Pebruari – Maret dan pemupukan kedua pada bulan September –Oktober. Curah hujan yang ideal untuk pemupukan sebesar 100 – 200 ml per bulan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kehilangan pupuk akibar aliran permukaan tanah. Sebaiknya pemupukan dilakukan secara terpisah atau tidak mencampur keempat jenis pupuk yang digunakan. Urutan pemupukan disarankan adalah sebagai berikut: RP/dolomite-urea-MOP atau RP-urea-kiserit-MOP. Jangka waktu pemberian semua pupuk pada setiap pemberian harus selesai pada jangka waktu kurang dari 2 bulan. Pada tanaman menghasilkan pemupukan dilaukan pada arak 1,5 m dari pohon dengan cara di tebar (broadcast) dan pocket.
Beberapa sumber hara pupuk tunggal yang tidak asing pada pemupukan kelapa sawit, sumber hara N adalah Urea dan ZA, Sumber hara P adalah SP-36, RP, dan TSP; Sumber hara K adalah MOP; sumber hara Mg adalah Kiserit dan Dolomit.
Daftar Pustaka
Anonim. Mengenal defisiensi hara pada kelapa sawit. https://agrorayatimur.com/2022/03/08/ mengenali-defisiensi-hara-pada-tanaman-sawit/. Diakses pada tanggal 20 November 2023.
Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian. 2014. Pedoman budidaya kelapa sawit (Elais guineensis) yang baik. Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian. Jakarta
Darmosarkoro, W. 2010. Defisiensi dan malnutrisi hara pada tanaman kelapa sawit dalam Lahan dan pemupukan kelapa sawit edisi 1. Pusat Penelitian Kelapa sawit. Medan.
Darmosarkoro, W. W. dan Sutarta, E. S. 2010. Teknologi pemupukan kelapa sawit dalam Lahan dan pemupukan kelapa sawit edisi 1. Pusat Penelitian Kelapa sawit. Medan.
Poeloengan, Z., Fadl, M. L., Winarna, Rahutomo, S. dan Sutarta, E. S 2010. Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dalam Lahan dan pemupukan kelapa sawit edisi 1. Pusat Penelitian Kelapa sawit. Medan.
Sulistyo, B., Purba, B., Siahaan, D., Efendi, J. dan Sidik, A. 2010. Budidaya kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Susanto, A., Purba, R. Y.,dan Prasetya, A. E. 2010. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. Vol. !. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.